Beberapa Kesalahan yang Sering Terjadi di Musim Haji
Perjalanan
suci menuju Baitullah membutuhkan bekal yang cukup. Di samping bekal
harta, ilmu pun merupakan bekal yang mutlak dibutuhkan. Karena dengan
ilmu, seseorang akan terbimbing dalam melakukan ibadah hajinya sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari
itu, akan terhindar dari berbagai macam bid’ah dan kesalahan, sehingga
hajinya pun sebagai haji mabrur yang tiada balasan baginya kecuali
Al-Jannah.
Berangkat
dari harapan mulia inilah, nampaknya penting sekali untuk diangkat
berbagai kesalahan atau bid’ah (hal-hal yang diada-adakan dalam agama)
yang sekiranya dapat menghalangi seseorang untuk meraih predikat haji
mabrur. Di antara kesalahan-kesalahan itu adalah sebagai berikut:
Beberapa Kesalahan Sebelum Berangkat Haji
1. Mengadakan
acara pesta (selamatan) dengan diiringi bacaan doa atau pun shalawat
tertentu. Bahkan terkadang dengan iringan musik tertentu. Perbuatan
semacam ini tidak ada contohnya dalam kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
2. Mengiringi keberangkatan jamaah haji dengan adzan atau pun musik.
3. Mengharuskan diri berziarah ke kubur sanak-famili dan orang-orang shalih.
4. Keyakinan bahwasanya calon jamaah haji itu selalu diiringi malaikat sepekan sebelum keberangkatannya, sehingga doanya mustajab.
5. Kepergian
wanita ke Baitullah tanpa disertai mahramnya. Atau melakukan apa yang
diistilahkan dengan ‘persaudaraan nisbi/semu’, yaitu menjadikan seorang
jamaah haji pria sebagai mahram bagi si wanita dalam perjalanan hajinya
(padahal pria tersebut bukan mahram yang sesungguhnya), yang kemudian
dapat bermuamalah sebagaimana layaknya dengan mahramnya sendiri.
Demikian pula ‘nikah nisbi/semu’, yaitu dinikahkannya seorang calon
jamaah haji wanita (baik sudah bersuami atau belum) dengan calon jamaah
haji pria, yang kemudian keduanya dapat bermuamalah sebagaimana layaknya
suami-isteri. Tentu, yang demikian ini adalah kemungkaran yang tidak
diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
6. Melakukan perjalanan haji semata-mata bertujuan ingin ziarah ke makam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Melakukan shalat dua rakaat ketika akan berangkat haji.
8. Bersalaman bahkan berpelukan dengan seseorang yang bukan mahramnya menjelang keberangkatan ke tanah suci.
Beberapa Kesalahan Ketika Berihram dan Bertalbiyah
1. Melewati
miqatnya dalam keadaan tidak berihram. Hal ini sering terjadi pada
sebagian jamaah haji Indonesia kelompok kedua yang melakukan perjalanan
dari tanah air (langsung) menuju Makkah. Mereka tidak berihram ketika
melewati miqat (di atas pesawat terbang) dan baru berihram setibanya di
Jeddah. Padahal kota Jeddah bukanlah miqat menurut pendapat yang benar.
2. Bertalbiyah bersama-sama dengan dipimpin seseorang di antara mereka.
3. Selalu
dalam keadaan menampakkan pundak kanan ketika berihram (idhthiba’),
padahal yang demikian itu hanya disunnahkan pada thawaf qudum.
4. Meninggalkan bacaan talbiyah dan menggantinya dengan tahlil dan takbir.
Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf
1. Mengharuskan diri untuk mandi sebelum berthawaf.
2. Melafadzkan niat thawaf.
3. Mengangkat kedua tangan saat berisyarat kepada Hajar Aswad, seperti ketika takbiratul ihram dalam shalat.
4. Memulai putaran thawaf sebelum rukun Hajar Aswad.
5. Melakukan shalat tahiyyatul masjid sebelum thawaf.
6. Hanya mengelilingi bangunan Ka’bah yang bersegi empat saja dan tidak mengelilingi Hijr.
7. Melakukan
jalan cepat (raml) pada seluruh putaran thawaf, padahal itu hanya
dilakukan pada 3 putaran pertama dan itu pun khusus pada thawaf qudum
saja.
8. Berdesak-desakan untuk mencium Hajar Aswad, yang terkadang sampai mendzalimi jamaah haji lainnya.
9. Mengusap-usap
Hajar Aswad dalam rangka tabarruk (mengais berkah) dan berkeyakinan
bahwa yang demikian itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak bala.
10. Mencium
dan mengusap-usap sebagian sudut Ka’bah atau keseluruhannya. Bahkan
terkadang ada yang menarik-narik kiswah (kain penutup Ka’bah) untuk
menyobeknya guna dijadikan jimat.
11. Membaca
doa/dzikir khusus pada setiap putaran thawaf, karena yang demikian itu
tidak ada tuntunannya dari baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
12. Berthawaf dalam keadaan bersedekap.
13. Keyakinan
bahwasanya barangsiapa mampu menggapai dinding atas dari pintu Ka’bah,
maka dia telah berhasil memegang Al-‘Urwatul Wutsqa, yaitu: لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ.
14. Berdesak-desakan
untuk shalat (persis) di belakang maqam Ibrahim, karena dapat
mengganggu jamaah lainnya yang sedang melakukan thawaf. Padahal
diperbolehkan baginya untuk melakukannya walaupun agak jauh di belakang
maqam Ibrahim.
15. Lebih parah lagi bila shalat setelah thawaf tersebut dilakukan lebih dari 2 rakaat.
16. Berdiri
dan berdoa bersama seusai thawaf dengan satu komando. Lebih tragis lagi
manakala doa itu dibaca dengan suara yang amat keras dan mengganggu
kekhusyukan ibadah jamaah haji lainnya.
Beberapa Kesalahan Ketika Melakukan Sa’i
1. Berwudhu’ terlebih dahulu sebelum bersa’i, walaupun masih dalam keadaan suci.
2. Mengharuskan diri untuk naik ke Bukit Shafa dan menyentuhkan badan ke dindingnya.
3. Mengangkat kedua tangan sebagaimana layaknya takbiratul ihram sambil bertakbir tiga kali ketika berada di atas Shafa dan Marwah.
4. Berlari-lari
kecil pada seluruh putaran di antara Shafa dan Marwah. Padahal yang
dituntunkan hanyalah ketika lewat di antara dua tanda hijau saja.
5. Melakukan shalat dua rakaat seusai sa’i.
Beberapa Kesalahan ketika di Arafah
1. Mengharuskan diri mandi untuk menyambut hari Arafah.
2. Melakukan
wuquf di Arafah pada tanggal 8 Dzul Hijjah dalam rangka ihtiyath
(berhati-hati), atau karena adanya keyakinan bahwa hari Arafah itu pada
tanggal 8 Dzul Hijjah sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian sekte
sesat Syi’ah Rafidhah.
3. Melakukan wuquf di luar batas wilayah Arafah.
4. Meninggalkan pembicaraan (membisu) dan meninggalkan doa.
5. Masuk
ke dalam kubah yang berada di atas Jabal Rahmah, lalu shalat padanya
atau mengelilinginya (berthawaf) sebagaimana layaknya berthawaf di
Ka’bah.
6. Berangkat dari Makkah ke Arafah sejak tanggal 8 Dzul Hijjah.
7. Keyakinan bahwa wuquf di Arafah pada Hari Jum’at merupakan haji akbar dan senilai dengan 72 kali haji.
8. Meninggalkan Arafah sebelum terbenamnya matahari tanggal 9 Dzul Hijjah.
Beberapa Kesalahan ketika di Muzdalifah
1. Tergesa-gesa saat beranjak dari Arafah menuju Muzdalifah.
2. Mengharuskan diri mandi untuk menginap di Muzdalifah.
3. Tidak segera melaksanakan shalat Maghrib dan ‘Isya saat tiba di Muzdalifah, bahkan sibuk mengumpulkan batu-batu kerikil.
4. Tidak menginap di Muzdalifah tanpa ada udzur syar’i.
5. Mengisi
malamnya dengan shalat malam dan dzikir. Padahal Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menggunakan malam tersebut untuk istirahat.
Beberapa Kesalahan ketika Melempar Jumrah
1. Mengharuskan diri untuk mandi sebelum melempar jumrah.
2. Mencuci batu kerikil terlebih dahulu sebelum dilemparkan.
3. Melempar jumrah dengan menggunakan batu besar, sepatu, dan lain sebagainya.
4. Keyakinan
bahwa melempar jumrah itu dalam rangka melempar setan. Sehingga tidak
jarang dari sebagian jamaah haji yang melemparkan benda-benda yang ada
di sekitarnya, seperti sandal, payung, botol, dsb, agar lebih
menyakitkan bagi setan.
5. Berdesak-desakan (saling mendorong) jamaah haji yang lainnya untuk bisa melakukan pelemparan.
6. Melemparkan
kerikil-kerikil tersebut secara sekaligus. Padahal yang dituntunkan
oleh baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melemparkannya
satu demi satu sambil diiringi takbir.
7. Mewakilkan pelemparan kepada orang lain, padahal ia mampu untuk melakukannya.
Beberapa Kesalahan Ketika Menyembelih Hewan Kurban dan Bertahallul
- Enggan untuk menyembelih hewan kurban yang merupakan kewajiban untuk haji Tamattu’-nya, dan lebih memilih untuk bershadaqah senilai harga hewan kurban tersebut.
- Menyembelih hewan kurban untuk haji tamattu’ di Makkah sebelum hari nahr (tanggal 10 Dzulhijjah).
- Mencukur dari sebelah kiri, atau menggundul/mencukur sebagian kepala saja bagi laki-laki.
- Melakukan thawaf di seputar masjid yang berada di dekat tempat pelemparan jumrah.
- Tidak melakukan sa’i setelah thawaf ifadhah dalam haji tamattu’.
Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf Wada’
1. Meninggalkan
Mina pada hari nafar (12 atau 13 Dzulhijjah) sebelum melempar jumrah
dan langsung melakukan thawaf wada’, kemudian kembali ke Mina untuk
melempar jumrah. Setelah itu mereka langsung pulang ke negara
masing-masing. Padahal semestinya, thawaf wada’-lah yang merupakan
penutup dari seluruh manasik haji.
2. Berjalan mundur seusai thawaf wada’, dengan anggapan sebagai tanda penghormatan terhadap Ka’bah.
3. Membaca
doa-doa tertentu yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, sebagai “ucapan selamat tinggal” terhadap Ka’bah.
Beberapa Kesalahan ketika Berada di Kota Madinah
1. Meniatkan
safar untuk menziarahi makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Padahal niat yang benar adalah dalam rangka mengunjungi Masjid Nabawi
dan shalat di dalamnya.
2. Menitipkan
pesan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui jamaah haji dan
para penziarah, agar disampaikan di kuburan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Lebih aneh lagi disertai foto/KTP yang bersangkutan.
3. Adanya praktik-praktik kesyirikan yang dilakukan di kuburan Nabi, antara lain:
-Menyengaja shalat dengan menghadap ke kubur.
- Bertawassul atau meminta syafaat kepada beliau secara langsung.
-
Mengusap-usap dinding kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
ngalap berkah, yang tidak jarang disertai dengan tangisan histeris.
- Berdoa secara langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mencukupi kebutuhannya.
4. Meyakini bahwa ziarah ke kubur Nabi merupakan bagian dari manasik haji.
5.
Keyakinan bahwa haji seseorang tidaklah sempurna tanpa menetap di
Madinah selama 8 hari untuk melakukan shalat wajib selama 40 waktu, yang
diistilahkan dengan “Arba’inan”1.
Beberapa Kesalahan Setiba Di Kampung Halaman
1. Memopulerkan
gelar ’Pak Haji’ atau ‘Bu Haji’. Sampai-sampai ada yang
marah/tersinggung bila tidak dipanggil dengan panggilan tersebut.
2. Merayakannya dengan aneka pesta sambil diiringi shalawat Badar dan yang sejenisnya.
3. Meminta barakah kepada orang yang pulang haji, dengan keyakinan bahwa para malaikat sedang mengelilinginya.
Sumber Bacaan:
1. At-Tahqiq wal-Idhah Lilkatsir Min Masa`ilil Hajji wal Umrah waz Ziyarah, karya Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
2.
Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Kama Rawaha ‘Anhu Jabir
radhiyallahu ‘nhuma, karya Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani.
3. Manasikul Hajji Wal ‘Umrah, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
4. Al-Manhaj limuridil ‘Umrah wal Hajj, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
5. Shifat Hajjatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu.
6.
Dalilul Haajji wal Mu’tamir wa Zaairi Masjidr Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam, karya Majmu’ah minal Ulama’, terbitan Departemen Agama Saudi
Arabia.
7. Mu’jamul Bida’, karya Asy-Syaikh Ra`id bin Shabri bin Abi Alfah.
1) Hal ini berdasarkan sebuah hadits:
مَنْ
صَلَّى فِي مَسْجِدِي أَرْبَعِيْنَ صَلاَةً لاَ يَفُوْتُهُ صَلاَةٌ
كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَنَجَاةٌ مِنَ الْعَذَابِ
وَبَرِيْءٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Barangsiapa
yang shalat di masjidku (Masjid Nabawi) sebanyak empat puluh (40)
shalat, tanpa ada satu pun yang terlewati, maka ditetapkan baginya:
bebas dari an-naar, selamat dari adzab, dan terlepas dari nifaq.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani, dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)
Namun
derajat hadits ini munkar (lebih parah daripada dha’if atau lemah). Hal
itu dikarenakan tidak ada yang meriwayatkannya kecuali seorang perawi
yang bernama Nabith, dan ia adalah seorang yang majhul (tidak dikenal).
Kemudian apa yang ia riwayatkan menyelisihi riwayat seluruh perawi
hadits tersebut. (Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah no. 364 atau
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 6/318 karya Asy-Syaikh Al-Albani)
(source:http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/04/23/beberapa-kesalahan-yang-sering-terjadi-di-musim-haji/)
0 komentar:
Posting Komentar