3 Cara Manasik Haji
Artikel kali ini akan melanjutkan artikel sebelumnya. Kita masuk pada
bahasan memilih manasik. Haji dapat dilakukan dengan memilih salah satu
dari tiga cara manasik. Penjelasan ringkasnya adalah sebagai berikut.
Mengenai kewajiban hadyu bagi yang mengambil tata cara manasik qiron dan tamattu’ disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
Manakah dari tiga tata cara manasik tersebut yang lebih utama? Dalam hadits mengenai tata cara manasik haji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa beliau bersabda,
(source:http://rumaysho.com/hukum-islam/umum/3589-ringkasan-panduan-haji-2-tiga-cara-manasik-haji.html)
- Ifrod, yaitu meniatkan haji saja ketika berihram dan mengamalkan haji saja setelah itu.
- Qiron, yaitu meniatkan umroh dan haji sekaligus dalam satu manasik. Wajib bagi yang mengambil tata cara manasik qiron untuk menyembelih hadyu.
- Tamattu’, yaitu berniat menunaikan umroh saja di bulan-bulan haji, lalu melakukan manasik umroh dan bertahalul. Kemudian diam di Makkah dalam keadaan telah bertahalul. Kemudian ketika datang waktu haji, melakukan amalan haji. Wajib bagi yang mengambil tata cara manasik tamattu’ untuk menyembelih hadyu.
Mengenai kewajiban hadyu bagi yang mengambil tata cara manasik qiron dan tamattu’ disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
فَمَنْ
تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ
فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ
إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ
أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
“Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di
dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) hadyu (qurban) yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang qurban atau tidak
mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari
(lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna.” (QS. Al Baqarah: 196). Wajibnya hadyu bagi yang mengambil manasik qiron dan tamattu’ adalah berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.Manakah dari tiga tata cara manasik tersebut yang lebih utama? Dalam hadits mengenai tata cara manasik haji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa beliau bersabda,
لَوْ
أَنِّى اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِى مَا اسْتَدْبَرْتُ لَمْ أَسُقِ
الْهَدْىَ وَجَعَلْتُهَا عُمْرَةً فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ لَيْسَ مَعَهُ
هَدْىٌ فَلْيَحِلَّ وَلْيَجْعَلْهَا عُمْرَةً
“Jikalau aku mengetahui apa yang akan terjadi pada diriku maka
aku tidak akan membawa hewan hadyu dan aku akan jadikan ihramku ini
umrah, maka barangsiapa dari kalian yang tidak bersamanya hewan hadyu
maka hendaklah dia bertahallul dan menjadikannya sebagai umrah.” (HR. Muslim no. 1218). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkan para sahabat untuk memilih tamattu’ dan berkeinginan
dirinya sendiri melakukannya. Tidaklah beliau memerintahkan dan
berkeinginan kecuali menunjukkan tamattu’ itu afdhol (lebih utama)
(Fiqhus Sunnah, 1: 447-448). Selain itu, manasik dengan tamattu’ itu
lebih banyak amalannya dan lebih mudah secara umum (Syarhul Mumthi’, 7:
76-77)(source:http://rumaysho.com/hukum-islam/umum/3589-ringkasan-panduan-haji-2-tiga-cara-manasik-haji.html)
0 komentar:
Posting Komentar